Kamis, 05 Maret 2009

Meniup makanan dan minuman

Seringkali kita melihat, seorang Ibu ketika menyuapi anaknya makanan 
yang masih panas, dia meniup makanannya lalu disuapkan ke anaknya. 
Bukan cuma itu, bahkan orang dewasa pun ketika minum teh atau kopi 
panas, sering kita lihat, dia meniup minuman panas itu lalu 
meminumnya. Benarkan cara demikian? 

Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam, kita dilarang meniup 
makanan atau minuman. 

Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan "Bahwasanya Nabi 
Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman 
atau meniupnya". (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani). 

Awalnya saya tidak mengetahui hikmahnya, bagi saya pribadi, ketika 
datang hadits pada saya mengenai suatu hal, maka semampunya coba saya 
lakukan, walaupun saya belum tahu hikmahnya, dan sebenarnya memang 
tidak harus tahu. 

Begitu juga ketika saya pertama kali mendengar hadits ini, saya hanya 
berusaha mengamalkan saja, bahwa kita dilarang meniup makanan atau 
minuman,itu juga yang saya lakukan kepada anak saya. 

Dan alhamdulillah ketika tadi coba browse ke internet, ternyata dari 
salah satu milis kimia, ada yang menjelaskan secara 
teori bahwa: apabila kita hembus napas pada minuman, kita akan 
mengeluarkan CO2 yaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur dengan 
air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama dengan cuka, menyebabkan 
minuman itu menjadi acidic. dan saya ingat juga bahwa Rasulullah 
shalallahu 'alaihi wa sallam menyuruh kita ketika minum seteguk demi 
seteguk, jangan langsung satu gelas sambil bernapas di dalam gelas, 
hal ini juga dilarang, ternyata saya baru tahu sekarang hikmahnya, 
bahwa ketika kita minum langsung banyak, maka ada kemungkinan kita 
akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia 
seperti di atas. 

Ulasan yang saya sampaikan, mungkin bukan hikmah keseluruhan, karena 
Ilmu Allah tentu lebih luas dari ilmu manusia, bisa jadi itu adalah 
salah satu hikmah dari puluhan hikmah lainnya yang belum terungkap 
oleh manusia. 

Kewajiban kita hanyalah mendengar dan menta'atiNya Perkara hikmah apa 
yang ada dalam larangan itu, urusan belakangan. Yang penting kita 
sudah mencoba mentaatiNya 

_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAHKAN BERI KOMENTAR, JANGAN LUPA ALAMAT BLOG ANDA